Hadist Tentang Makanan Yang Dimakan

Maknanya benar, namun sanadnya dha’if, silakan merujuk ke kitab /Zaadul
Ma’ad/ dan /Al Bidayah Wan Nihayah/. Bermanfaat bagi seseorang jika
makan ketika sudah sudah lapar atau sedang membutuhkan. Dan ketika
makan, tidak boleh berlebihan sampai kekenyangan. Adapun kekenyangan
yang tidak membahayakan, tidak mengapa”.

Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut.
Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan
punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga
perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga
lagi untuk bernafas.

Larangan kekenyangan dimaksudkan pada kekenyangan yang membuat penuh
perut dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah dan membuat
angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Bisa jadi hukumnya berubah
dari makruh menjadi haram sesuai dengan dampak buruk yang ditimbulkan
(misalnya membahayakan kesehatan, pent)”. Its meaning is correct, but sanadnya dha'if, please refer to the book / Zaadul
Ma'ad / and / Al Bidayah Wan Nihayah /. Beneficial to someone if
eat when it was already hungry or in need. And when
eat, must not be excessive to the glut. The glut
harmless, why not ".

It is not the son of Adam fills a vessel worse than the stomach.
It is enough for the son of Adam takes a few bribes to enforce
his back. But if he had to (surpass), should be one third
belly (filled) for food, one third for drink and one-third
again to breathe.

Prohibition is intended on a glut glut that makes full
stomach and make his weight to practice their religion and make
arrogant, passionate, plenty of sleep and lazy. It could be legal change
of Makruh be unlawful in accordance with the negative impacts of
(Eg harmful to health, pent) ".